Sabtu, 04 November 2017

Cabe (Capsicum sp.) ada sejak Nusantara Kenal Sambal!!!

Sejarah panjang tentang cabe rawit lebih mengacu pada literatur barat. Hal ini bisa dimaklumi bahwa catatan yang ada dari para penulis barat. Penulis Eropa dan Amerika banyak mengungkapkan bahwa cabe berasal dari Amerika Latin (Peru). Cristoper Columbus membawa cabe ini masuk ke Spanyol di akhir abad 15 (tahun 1492).

Capsicum sp.
My Benih : Cabe Rawit Putih


Terus, kapan ya masuk ke Indonesia? Pertanyaan sederhana saja kapan Orang Jawa mulai bikin sambel atau kapan orang padang suka makanan pedas? Ada pepatah dimasa sulit orang makan pake garam saja bisa. Yah, tak heran, kita-kan kenal nasi uduk. Pastinya lebih enakan pake sambal. Sepertinya sudah lama sekali kebiasaan makan pake sambal dilakukan.

Jika dikatakan cabe ada sejak nusantara kenal sambal, mana yang ada duluan? Tentu saja cabenya dulu, kecuali dulu bangsa nusantara sudah kenal impor cabe dari negeri manca.

Rabu, 01 November 2017

Apakah partai peserta pemilu sudah standar?

Sebuah pertanyaan besar, bagi yang ingin menanyakannya. Ada banyaknya partai yang telah lolos dan dinyatakan berhak mengikuti pemilu 2019. Apakah semua partai tersebut telah standar? Permasalahannya, belum menyentuh tentang standar dalam parpol-parpol, tetapi dalam kata standar itu sendiri juga masih rancu! So, serahkan saja partai-partai dengan standar-nya masing-masing. 

Sudah dipahami sebelumnya bahwa kata "standardisasi" adalah termasuk dalam golongan kata yang aneh karena tidak memiliki kata dasar. Kata standar sendiri sering digunakan dalam bahasa resmi. Padahal acuannya adalah dari standardisasi. Sehingga agar tak rancu kata standar harus dikaitkan dengan kata lain atau diucapkan dalam kosa-kata agar lebih jelas maknanya. Misal standar teknis atau standar kerja. Hal ini dilakukan karena jika dilihat dalam kamus, kok arti kata standar kok gak mirip dengan kata standardisasi? Yah, begitulah, udah aneh makin aneh lagi karena merepotkan.

Jika dirujuk dari KKBI (kamus) didapatkan keterangan bahwa kata standar itu artinya alat penopang. Jelas kata ini adalah kata yang berasal dari bahasa jawa. karena dijelaskan juga dalam contoh kata standar yang dihubungkan dengan sepeda.

Nah, jika sudah jelas arti kata standar. Maka bisa dipilih, mau pakai kata standardisasi atau standarisasi. Jika rumusan kata tersebut justru dari bahasa jawa. Maka, kata standar adalah kata dasar. Sedangkan kata standarisasi adalah kata yang berasal dari kata standar, jika tetap tidak diakui sebagai kata berimbuhan. Sudah seharusnya pula, akan tidak menjadi rancu, standar ke-parpolan dinegeri ini! Atau pilihannya tetap menjadi rancu dari makna katanya? Dan parpol-parpol akan mengalami kesulitan berbahasa yang standar! 


Di- Standardisasi -kan dari standard menjadi standar

Satu kata lagi yang menarik adalah standardisasi. Sedikit cerita tentang kata ini. Waktu itu ada teman panitia yang lagi mau mengurusi seminar nasional. Temanya terkait dengan stadardisasi yaitu "Standardisasi Pangan dan Gizi". Nah, persoalannya adalah apakah ejaannya sudah benar? Bagi yang gaptek tentu rada-rada bingung, karena merasa rancu, bisanya hanya menduga-duga saja. Dan, jika diingat-ingat kata ini juga sering dijadikan sebagai soal ujian maupun ulangan dalam Bahasa Indonesia. Cukup bagus, karena kebanyakan mengira ejaan yang benar adalah "standarisasi". Salah satunya yang nulis kisah ini, selalu menjawab "standarisasi".


Konon kata ini merupakan kata berimbuhan -isasi. Tapi ternyata dalam struktur tata Bahasa Indonesia tidak mengenal adanya ibuhan -isasi. Konon juga kata ini merupakan kata serapan langsung dari bahasa asing. Kata standardisasi diserap dari kata standardization. Standardization sendiri berasal dari kata "standard-i-za-tion". Jadi dalam kata tersebut terlihat bahwa standardization berasal dari kata standard yang diberi imbuhan. Artinya kata ini memiliki kata dasar. 

Nah, rumornya... Kata standarisasi langsung dicomot dari kata standardization. Dan, kata standar dalam Bahasa Indonesia dinyatakan bukan sebagai kata dasar dari standardisasi. Adakah kata berimbuhan yang tidak memiliki kata dasar? O, tidak, standardisasi bukan kata yang berimbuhan tapi kata yang berasal dari standardization. Padahal standardization memiliki kata dasar standard. Mungkinkah kata standard itu yang menjadi kata dasar dari kata standardisasi? Masalahnya, ini bahasan Bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia?

Sekedar menghemat tenaga, tak usah mikir, barangkali ada golongan kata yang aneh dalam Bahasa Indonesia yaitu kata yang tak memiliki kata dasar. Terlebih untuk kata standardisasi yang kata dasarnya ada pada Bahasa Inggris. 





Sabtu, 21 Oktober 2017

Mau jadi Panitia (EO)-nya Ekspo (Expo) atau Pameran Bonsai dan Tanaman Hias?

 Makna dan Asal Kata Ekspo
(Ditulis oleh : Senior Pangeran Pancasari)

Dalam berita News-antara hari ini telah di-publish-kan tentang akan adanya event tertentu. Ini lanjutan ceritanya. Gara-gara iklan tersebut harus menjelaskan tentang ekspo, eksibisi dan bazar. Mending kalau yang diajak bincang itu rada paham istilah itu, lha ini sama sekali gak paham, tapi nanya melulu. Nah, hebatnya lagi, si kecil (adik yang kecil) setelah selesai dijelasin mau lihat event itu dengan tujuan yang jelas, yaitu beli bakso!!! Lagi-lagi gak nyambung!!!

Sementara itu, adanya kisah ini akhirnya jadi buka-buka juga tulisan tentang "ekspo" (baca : ejaan "ekspo"). Pernah ditulis bahwa kata "ekspo" dalam beberapa tulisan ejaannya rancu. Padahal kata ini sudah tercatat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar. 

Nah, mari bincang-bincang tentang "ekspo" secara komprehensif. Kata yang mirip memang dari bahasa asing, yaitu "expo". Apakah kata "ekspo" berasal dari kata tersebut dengan ejaan yang sekedar diselaraskan dengan Bahasa Indonesia?  Lantas apa bedanya dengan "eksibisi" dan "bazar"? Atau ketiganya sama?

Baik, kita bincangkan dulu tentang "ekspo" ya. Jika mengacu kata "expo" maka ekspo itu artinya "pameran". Nah, apa benar seperti itu? Jika ditanya "pemeran" itu apa, bagaimana menjelaskannya? Ada satu kata asing lagi yang mirip dengan "ekspo" yaitu "exposure". Dari makna katanya berarti "pembukaan".

Kenyataannya, "ekspo" diidentikkan dengan "pameran". Dari istilah ini, "ekspo" itu artinya "memamerkan sesuatu". Sebenarnya ini hanya untuk memudahkan penyebutan istilah saja. Dalam nilai rasa jika asal kata "pamer" itu dari bahasa jawa, terasa kurang pas.   Oleh karenanya, "ekspo" bisa dikatakan sebagai kata serapan dari bahasa asing. Lho, apakah demikian?

Mari, coba bincangkan dengan terminologi bahasa yang lain. "Ekspo" itu berasal dari gabungan dua kata yaitu "eks" dan "posisi". "Eks" itu artinya "keluar", sedangkan  "posisi" artinya adalah "keberadaan sesuatu pada tempat tertentu". Bagaimana kata ini muncul? Ada sebuah kisah dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang punya tanaman yang bagus (bonsai) tapi di simpan belakang rumah. Sehingga jarang orang bisa melihat tanaman itu jika bukan teman akrab atau saudara yang berkunjung. Suatu ketika ada yang berkunjung dan melihat. Karena kagum dengan serta-merta muncul kata "yuk, mari tanamannya di "eks" - "posisi"-kan agar ada (orang-orang yang berkunjung) bisa melihat". "Maksudnya?" tanya yang punya tanaman. "Mari kita pindahkan tanaman ini!" kata si pengunjung. Nah, dibawalah tanaman itu di depan teras ruang dalam. "Nah, tanamannya sudah kita eks-posisikan!" begitu katanya. Dari kalimat tersebut jelas maknanya. Berarti ada suatu aktifitas membawa keluar dari posisi (tempat) -nya untuk tujuan agar ada orang lain (masyarakat/publik) bisa melihat (tahu) tanaman tersebut. Kapan kisah ini terjadi? Sementara masih dirahasiakan.

Ternyata, kata "ekspo" itu berasal dari gabungan kata "eks" dan "posisi" yang muncul secara spontan. Cukup filosofis bukan? Kebetulan lagi, kata ini mirip dengan kata "expo" dalam bahasa asing. Jika dilihat dari rumusannya, mana sebenarnya yang merupakan kata serapan? "Ekspo" atau "expo" dalam bahasa asing yang menyerap? Belum terjawab, masih ada satu pertanyaan lagi, sejak kapan kata "ekspo" muncul?

"Ekspo", bisa dibilang sebagai istilah atau kata baru dalam perbendaharaan Bahasa Indonesia. Sedikit cerita, di sekitaran Tahun 90-an ada gairah untuk menunjukkan sesuatu kepada masyarakat luas. Dalam rujukan kamus, belum ada kata yang dirasakan pas. Kemudian, terlontarlah kata "ekspo(sisi)"!!! Awalnya dulu masih ditulis lengkap eksposisi. Barangkali setelah ada serapan kata "expo" baru ditulis "ekspo".

Jika dari analogi ini, maka kata "ekspo" muncul didasari dengan adanya fenomena baru dalam masyarakat. Yaitu adanya kebiasaan baru yang muncul di masyarakat tentang aktifitas pertunjukan tapi bukan "layar tancap". Sementara itu belum ada istilah dalam EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) yang dapat dirujuk maka muncullah istilah baru yang namanya "ekspo".

Nah, bincangannya cukup mendalam ya? Apa bisa diluluskan dalam "ujian kompre" nih? 





Sabtu, 14 Oktober 2017

Fakta Unik Alam : Air Minum Kupu-kupu Cantik


Ada sebuah iklan air minum tayang di TV, Ditampilkan seekor kupu-kupu terbang terus minum air. Khayal ya, masak sih, kita disuruh minum air yang diminum kupu-kupu? Tapi apa demikian maksud iklan tersebut?

Em, jadi ingat perilaku-perilaku aneh di alam. Beberapa makhluk hidup di alam memiliki perilaku aneh, salah satunya kupu-kupu. Dalam teori evolusi, kupu-kupu tertentu dapat berevolusi dan hidup tersebar dalam skala luas. Begitu pula sebaliknya yang gagal berevolusi atau tidak dapat beradaptasi akan punah. Teorinya seperti itu!!!

Dengan pemahaman yang lain, kupu-kupu yang tidak dapat berevolusi akan menjadi spesi langka. Biasanya kupu-kupu jenis ini memiliki warna yang cerah menarik. Kupu-kupu langka ini hanya bisa hidup di habitat aslinya yang alami.  Lingkungan seperti apakah itu? Tentu saja lingkungan yang steril atau bebas polutan. Dengan logika sederhana bisa dikatakan si kupu-kupu hanya mau minum air yang tidak tercemar (pure-alami).

Apakah masih khayal tentang kisah si kupu-kupu ini? Memang untuk membuktikannya juga sulit. Karena kupu-kupu jenis ini dihabitatnya sendiri juga sulit ditemukan. Namanya saja kupu-kupu jenis langka. Tapi, keberadaannya dapat menunjukkan jika lokasi tersebut masih alami, begitu pula dengan airnya!!!

Nah, Begitulah fakta unik alam tentang kupu-kupu cantik yang hanya mau minum air yang masih alami. So, lestarikan hutanmu agar bisa banyak sumber air alami. Dan, siapa tahu kupu-kupu cantiknya juga mau nongol!!

Good job, iklan yang cerdas!!!

Selasa, 10 Oktober 2017

TAMAN BONSAI VERSAILLES?

Bicara tentang taman yang indah, jadi ingat "Taman Versailles". Tapi yang akan dibincangkan adalah kenapa disebut "taman", boleh gak disebut sebagai "kebun"? Jika dibahasa inggriskan disebut "versailles garden" atau "versailles park"? Lumayan sulit ya...

Meski demikian taman ini menarik dibincangkan, karena seni pengerjaan taman seperti membuat "bonsai". Lantas jika demikian apakah "taman" tersebut bisa disebut sebagai "taman bonsai"?

Em, gimana ya? Jika dilihat dari dulu-dulunya, awalnya "Taman Versaiilles" itu adalah "tempat berburu". "Tempat berburu" itu sudah ada beberapa abad sebelum Raja Louis XIV memerintah. Karena ayahnya, yaitu Raja Louis XIII suka tempat itu maka dia membangun pondokan disana. Kemudian setelah Raja Louis XIV memerintah memindahkan pusat kerajaan ke Versailles. Kenapa pula dipindahkan ya? Apa karena ingin membuat taman bergaya "penjing (topiari)"? Tentu bukan karena hal itu. Terus tamannya bisa disebut "taman" atau "garden"? Lho kok tanya itu lagi...

Kembali belajar bahasa inggris. Dalam bahasa inggris taman itu garden terus kebun juga garden. Kalau seperti itu boleh gak dikatakan sebagai "Kebun Versailles"? Uh, tanya melulu...

Sabtu, 07 Oktober 2017

Penjing = Bonsai ?

"Penjing" memang suatu istilah yang berhubungan dengan tanaman. Banyak yang mengatakan bahwa "penjing" adalah "bonsai". Hal ini merunut pada peninggalan lukisan sekitar abad 4 masehi. Apakah benar demikian? Hal yang sebenarnya hanya sang seniman pelukisnya yang tahu. 

Dari istilahnya sendiri, "penjing" lebih mengacu pada kegiatan memangkas tanaman. Memangkas tanaman yang bukan sebarang memangkas tentunya. Sebagaimana "taman penjing" yang ada di Eropa, yaitu "Taman Versailles" yang sudah ada sejak abad 17 masehi.  

Mungkin masih bisa dibayangkan fenomena yang terjadi sekitar tahun 90-an. Masyarakat kitapun telah akrab dengan yang namanya "penjing". Dari orang tua, bahkan anak-anakpun ikutan berkreasi memangkas tanaman di sekitar rumahnya. Tanaman pagar dipangkas rapi, ada yang dibuat bentuk tertentu. Nah, yang menarik adalah kegiatan pangkas-pangkas pohon yang kita lakukan pada waktu itu apakah ikut-ikutan dengan gaya eropa atau ikutan penjing-penjing seperti di Cina? Lantas, apakah Eropa ikutan seni penjing dari Cina? Hanya Raja Lois yang tahu...